Slide # 1

Profil Guru

Pengenalan identitas dan biodata guru mata pelajaran sejarah Read More

Slide # 2

Materi Umum

Kumpulan materi umum yang berhubungan dengan sejarah Read More

Slide # 3

Buku Sekolah Elektronik

Buku sekolah elektronik yang disediakan gratis untuk siswa, untuk dapat dipelajari secara online dan dapat dicetak kedalam media kertas Read More

Jumat, 09 Mei 2014

Kesultanan Demak

Kesultanan Demak (1500 - 1568)

a. Lokasi dan Sumber Sejarah


           Kesultanan Demak (1500 - 1568), berlokasi di Demak (Jawa Tengah) adalah kesultanan Islam pertama dan terbesar di pantai utara Jawa. Sebelum menjadi kesultanan, Demak merupakan Kadipaten dari kerajaan Majapahit, dengan Raden Patah sebagai adipatinya sejak 1478. Raden Patahlah jugalah perintis sekaligus peletak dasar Kesultanan ini sejak tahun 1478 itu. Pada awalnya kemunculan Kesultanan Demak  mendapat bantuan dari para bupati daerah pesisir Jawa tengah dan jawa Timur yang telah menganut agama Islam. Wilayah Kesultanan Demak pada awalnya hanya sebuah bawahan Kerajaan Majapahit, kemudian berkembang hingga mencapai Banten di barat dan Pasuruan di timur. lokasi ibukota Kesultanan Demak yang pada masa itu masih dilayani dinamakan Bintara (dibaca "Bintoro" dalam bahasa Jawa). Pada masa sultan ke-4, ibukota dipindahkan ke Prawata.
Kesultanan ini merupakan pelopor penyebaran agama Islam di Jawa dan Indonesia umumnya. Kesultanan Demak tidak berumur panjang karena adanya perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan.

b. Kondisi Sosial – Politik Kesultanan
         Pendiri kesultanan ini adalah Raden Patah (memerintah 1500 - 1518), putra Kerthabumi (Brawijaya V) dari perkawinannya dengan putri Champa (Tiongkok). Raden Patah menolak menuruti kehendak orang tuanya untuk menggantikan ayah tirinya sebagai adipati Palembang. Diam – diam ia pergi ke Jawa menumpang kapal dagang, Raden Patah mendarat di Surabaya lalu menjadi santri Sunan Ampel. Raden Patah lalu pindah ke Jawa Tengah (tahun 1475) dan membuka hutan Glagahwangi atau Hutan Bintara menjadi sebuah pesantren atas perintah Sunan Ampel dan menyebarkan Islam di situ. Banyak santri datang ke Glagahwangi, yang membuat desa ini lambat laun menjadi ramai.
        Prabu Wijaya akhirnya mengakui Raden Patah sebagai putranya dan mengukuhkannya sebagai adipati Demak. Raden Patah mengganti nama “Demak” menjadi “Bintara” sehingga kemudian ada sebutan “Demak Bintara”.
        Usaha Raden Patah mengembangkan demak di bantu putranya Pati Unus yang saat itu menjadi adipati Jepara. Ketika Malaka dikuasai Portugis, ia mengutus Pati Unus menyerang Malaka. Selain sebagai wujud solidaritas terhadap sesama kesultanan islam, serangan itu juga dilakukan untuk memendam ambisi Potugis atas Jawa. Karena keberaniannya itu Pati Unus dijuluki Pangeran Sabrang Lor (sabrang = menyeberang, lor = utara), karena pernah menyeberangi laut Jawa menuju Malak unu=tuk melawan Portugis. Kendati gagal mencapai tujuan, serangan itu setidaknya membuktikan betapa kuat posisi Demak di bawah Raden Patah. Pada masa pemerintahan Raden Patah inilah di bangun Masjid Demak, sebuah masjid yang masih berdiri megah di kota Demak sampai saat ini.



        Ekspasi Demak mencemaskan Kerajaan pajajaran (Sunda), yang saat itu menguasai pelabuhan penting dan strategis, yaitu Pelabuhan Sunda Kelapa. Maka, Raja Sunda, Sri Baduga (Prabu Siliwangi), meminta bantuan Portugis di Malaka. Caranya diplomatis menjalin kerjasama perdagangan dengan Portugis, terutama untuk produk lada, serta memberikan hak kepada Portugis untuk membangun benteng di Sunda Kelapa.
        Demak merasa terancam dengan adanya persekutuan ini. Karena itu, sebelum Portugis membangun benteng dan menancapkan kaki, Demak di bawah pimpinan Fatahillah terlebih dahulu menyerang Sunda Kelapa pada 1526. Demak pun menguasai Sunda Kelapa.
        Tanpa menyadari penguasa Sunda Kelapa sudah berganti, pada 1527 datang ekspedisi Portugis untuk membangun benteng di Sunda Kelapa. Demak memukul mundaur Portugis, tepatnya pada 22 Juni 1527. Atas kemenangan itu, Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang berarti Kemenangan yang gemilang.

c. Kemunduran Kesultanan Demak
          Menurut Babad Tanah Jawi, sepeninggal trenggana, yang meninggal di Psuruan saat hendak menyerang Kerajaan Blambangan (Hindu), terjadi konflik perebutan takhta di antara anggota keluarga kesultanan. Penggantinya bernama pangeran Sedo Lepen, saudara Trenggana, dibunuh oleh anak Trenggan sendiri, Pangeran Prawoto. Konflik dan perebutan kekuasaan berlanjut, tersebut bahkan nerkembang menjadi perang saudara. Putra Sedo Lepen bernama Aryo Penangsang membunuh Prawoto. Hal ini membuat murka Jaka Tingkir (Ipar Sedo Lepen) dan para sesepuh kesultanan terutama Ki Gede Pamanahan dan Ki Penjawi. Arya Penangsang kemudian dikalahkan oleh Jaka Tingkir dan takhta Demak jatuh ke tangannya.

        Jaka Tingkir (Hadiwijaya) menjadi sultan Demak pada 1568, kekuasaan kesultanan Demak beralih ke Kesultanan Pajang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Pajang merupakan lanjutan dari Kesultanan Demak dengan raja pertama dan pendiri dari kerajaan Pajang adalah Jaka Tingkir. Dengan ini dapat dikatakan masa Kesultanan Demak berakhir.

KESULTANAN SAMUDERA PASAI

KESULTANAN SAMUDERA PASAI

  Lokasi dan Sumber Sejarah



Samudera Pasai (Samudera Darussalam) adalah kerajaan pertama di Indonesia yang menganut agama Islam. Letaknya berada di pantai utara Sumatera (Aceh), dekat Perlak (Malaysia). Kesultanan ini didirikan oleh Marah Silu yang bergelar Sultan Malik as-Saleh, sekitar tahun 1267. Sumber sejarah yang menyebut tentang keberadaan kerajaan ini antara lain:
  • Berita Marcopolo (1292):  Marcopolo dalam perjalanannya pulang dari negeri cina mengunjungi Pulau Sumatera (Pelabuhan Perlak). Menurutnya, daerah Perlak banyak dikunjungi pedagang muslim. Berita dari Marcopolo tersebut merupakan berita tertua yang menyatakan bahwa di Indonesia telah berkembang sekelompok penduduk muslim, terutama pada kota-kota yang terletak di tepi pantai atau tepi jalur pelayaran dan perdagangan pada saat itu.
  •  Berita Ibnu Batutah (1304-1368):  Ibnu Batutah menuturkan masyarakat pedagang di kerajaan ini sebagian besar beragama Islam. ia juga menyebut Samudera pasai sebagai pusat studi Islam di asia Tenggara. 
  • Hikayat Raja-raja Pasai: Karya berbahasa melayu yang bercerita tentang kerajaan Islam (kesultanan) pertama di nusantara yaitu Samudera Pasai. Menurut Dr. Russel Jones, hikayat ini ditu7lis pada abad ke-14. Hikayat ini mencakup masa dari berdirinya Kesultanan Samudera Pasai sampai ditaklukan oleh Kerajaan Majapahit
 Kondisi Sosial-Politik Kesultanan     
         Kerajaan Samudera Pasai muncul sekitar pertengahan abad ke-11, setelah kehancuran kerajaan Sriwijaya.  Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu yang kemudian berganti nama menjadi Malik al-Saleh (1267-1292) setelah beliau memeluk agama Islam. Pada masa pemerintahannya, sistem pemerintahan kerajaan dan angkatan perang laut serta darat sudah terstruktur rapi. Kesultanan makmur terutama setelah Pelabuhan Pasai dibuka, apalagi posisinya sangat strategis karena berdekatan dengan Selat Malaka.
Al-Saleh digantikan oleh Muhammad Malik az-Zahir (1292-1326). Selama pemerintahannya, Pasai telah memiliki hubungan dagang dengan Cina, Gujarat, dan Benggala dengan komoditas utama perdagangan lada, kapur barus, dan emas. Untuk kepentingan perdagangan sudah dikenal mata uang emas yang disebut deureuham (dirham).


Az-Zahir digantikan oleh anaknya Mahmud Malik az-Zahir (1326-1345). Pada masa pemerintahannya, Pasai mencapai masa keemasan. Kemajuan perekeonomian membawa dampak pada kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan sosial masyarakatnya diatur menurut sesuai dengan hukum ajaran agama Islam. Dalam menjalankan pemerintahannya, Sultan didampingi para ulama yang berfungsi sebagai penasehat.
Sebagai kerajaan Islam pertama, Pasai juga memiliki kontribusi besar dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Nusantara. Pasai banyak mengirimkan ulama dan mubaligh untuk menyebarkan Islam di Jawa. Banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya adalah Syekh Yusuf, seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan.


Kemunduran Kesultanan Samudera Pasai
          Antara tahun 1345-1350 di bawah pemerintahan Ahmad Malik az-Zahir (putra Mahmud Malik az-Zahir) mendapat serangan dari Majapahit. Hikayat Raja-raja Pasai mengisahkan, setelah perang 3 hari 3 malam Pasai kalah dan rakyat Pasai bercerai berai. Majapahit mendapatkan banyak rampasan dan tawanan perang kemudian kembali ke Jawa. Kesultanan ini bangkit kembali di bawah Zain al-Abidin Malik az-Zahir tahun 1383 (bertakhta hingga 1405)
Pada awal abad ke-16 terjadi beberapa pemberontakan internal di Pasai yang mengakibatkan perang saudara. Diceritakan, Sultan Pasai meminta bantuan Malaka untuk meredam pergolakan itu. Pasai sendiri akhirnya runtuh setelah ditaklukkan Portugis tahun 1521 yang sebelumnya telah menaklukkan Malaka tahun 1511. Pada tahun 1524 wilayah Pasai menjadi bagian dari Kesultanan Aceh. Sejak saat itulah riwayat Pasai berakhir.


Kerajaan-Kerajaan Tradisional Bercorak Islam di Indonesia

 Kerajaan-Kerajaan Tradisional Bercorak Islam di Indonesia


Terdapat banyak kerajaan yang bercorak Islam di Indonesia. Kerajaan yang akan dibahas disini adalah yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan sejarah Indonesia.

Kesultanan Samudera Pasai                                      Kesultanan Malaka  
           Kesultanan Aceh                                                            Kesultanan Demak
         Kesultanan Mataram                                                Kesultanan Banten
 Kesultanan Ternate dan Tidore                                   Kesultanan Gowa-Tallo                     


Senin, 07 April 2014

Daftar Isi

Minggu, 06 April 2014

Sejarah (Sebenarnya) Peristiwa G30S/PKI

Sejarah (Sebenarnya) Peristiwa G30S/PKI


Terungkaplagi - “Pantaskah Soeharto Diampuni?”, Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti tentang kejadian yang menimpa bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa di tahun 1965, di Indonesia hanya ada satu Jendral dan dia adalah Mayjen TNI Soeharto. Menurut ahli sejarah itu juga termakan image yang sengaja dibuat Soeharto bahwa dia adalah orang yang paling berjasa atas dibubarkannya Partai yang kini dianggap sebagai partai terlarang di negeri kita.

Soeharto adalah seorang prajurit TNI berpangkat cukup tinggi dan juga memegang salah satu jabatan penting dalam jajaran TNI sebagai Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad). Pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno, Soeharto adalah seorang perwira tinggi yang tidak terlalu diperhitungkan. Itu juga menjadi penyebab tidak terteranya nama Soeharto dalam daftar 7 jendral yang menjadi target pembunuhan dalam pemberontakan PKI.

7 Jendral yang menjadi target operasi PKI:
Jendral TNI Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta MT Haryono, Letjen TNI Anumerta S Parman, Letjen TNI Anumerta Suprapto, Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo, Mayjen TNI Anumerta DI Panjaitan, Kapten Czi Anumerta Pierre Tendean

Apa mungkin Soekarno lupa pada jasa Soeharto yang menjadi arsitek Serangan Umum 1 Maret atas Kota Yogya yang berhasil menguasai Kota Yogya selama 6 jam yang kala itu dikuasai oleh Belanda? Ataukah Soekarno mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi.
Pada tahun 1965 tepatnya pada tanggal 30 September 1965, sebuah pemberontakan terjadi atas keutuhan Pancasila (itu kata rezim Orde Baru) namun berhasil ditumpas sampai ke akar-akarnya oleh seorang perwira tinggi bernama Soeharto.

“Resolusi Dewan Jendral” yang sempat beberapa kali disebutkan dalam film tersebut, hal itu benar adanya. Resolusi Dewan Jendral memang ada. Beberapa orang Jendral pada saat itu sedang merencanakan untuk menggulingkan kekuasaan Soekarno dan mengambil alih kekuasaan.

Para pemimpin PKI kala itu cukup resah dengan adanya isu tentang resolusi Dewan Jendral. Mereka khawatir jika para jendral berhasil, maka posisi mereka berada di ujung tanduk. Untuk itu mereka harus bergerak cepat, berpacu dengan waktu untuk menumpas para jendral yang terlibat dalam Resolusi Dewan Jendral, sebelum para jedral mendahuluinya.

Rakyat yang kala itu masih bodoh dicekoki dengan pernyataan-pernyataan pedas tentang seberapa menyeramkan dan menyakitkannya sebuah pemberontakan. PKI terus menyebarkan doktrin bahwa pemberontakan itu identik dengan kekejaman. Rakyat akan semakin terkepung dalam kesengsaraan. Doktrin yang dilontarkan PKI itu terhadap rakyat itu pada akhirnya berhasil membakar darah rakyat yang kala itu tengah dirundung duka yang mendalam dan berkepanjangan akibat dari ketidak stabilan perekonomian di sebuah negara yang masih muda ini. Akhirnya PKI mendapat restu dari rakyat yang telah didoktrinnya untuk menumpas para jendral yang terlibat dalam Resolusi Dewan Jendral.

PKI sendiri mempunyai kepentingan dalam penumpasan ini. PKI adalah pendukung terkuat Soekarno, dan Soekarno adalah pendukung terkuat PKI demi sebuah image bagi dunia internasional bahwa Indonesia tidak mudah dimasuki pengaruh Amerika Serikat. Memang Sokarno lebih menyukai politik sosialis demokratik seperti yang diajarkan Uni Soviet kepada dunia kala itu yaitu pemerataan.

Karena PKI takut kehilangan dukungan dari presiden, maka PKI harus secepatnya menumpas Dewan Jendral sebelum Dewan Jendral menggulingkan Soekarno. Maka direncanakanlah sebuah aksi untuk menumpas Dewan Jendral. Akhirnya para pemimpin PKI sepakat tanggal yang tepat untuk melakukan aksi adalah pada tanggal 30 September.
Para pimimpin PKI melakukan rapat tentang aksi yang bakal mereka lakukan. Sedikitpun mereka tidak menyinggung nama Soeharto karena memang Soeharto kala itu bukan siapa-siapa. Dia tidak lain hanyalah seorang prajurit TNI berpangkat tinggi yang tidak diperhitungkan dan tidak penting sama sekali.

Disisi lain, Soeharto sendiri juga mengetahui tentang adanya resolusi Dewan Jendral dan mengetahui bahwa PKI akan melancarkan aksi untuk menumpasnya. Namun dia hanya diam. Soeharto juga memiliki kepentingan jika PKI berhasil. Kepentingan Soeharto sebenarnya adalah agar dia mulai dianggap penting dan kembali diperhitungkan di kancah percaturan negeri ini sehingga dia bisa mendapat jabatan yang lebih penting dari jabatan yang dia pegang saat itu. Dia biarkan PKI melakukan aksinya dengan membunuh para perwira tinggi TNI yang memang memegang jabatan penting di negara. Dengan demikian akan semakin berkurang saingan bagi Soeharto untuk meraih jabatan yang lebih tinggi dan lebih penting dari sekedar panglima Kostrad.

Tanggal 30 September pukul 4 pagi, diculiklah 7 jendral yang menjadi target operasi PKI. Mereka dibawa ke lubang buaya dan diserahkan kepada masa pendukung PKI yang telah berkumpul di sana sejak sore hari tanggal 29 September untuk diadili dengan cara mereka. Massa dibebaskan melakukan apa saja sesuka hati mereka kepada para jendral yang akan menambah kesengsaraan bagi rakyat tersebut. Massa yang berkumpul di lubang buaya berpesta pora sebelum akhirnya menyiksa hingga mati para jendral tersebut.

Fakta Dibalik G30S/PKI:
Pagi harinya, Soeharto yang telah mengetahui hal ini mendapat laporan dari beberapa ajudan jendral yang telah diculik. Soeharto hanya tersenyum dalam hati karena telah mengetahui bahwa semua ini akan terjadi. Ambisinya untuk menguasai negeri dengan pangkat dan jabatan yang dia miliki hanya tinggal selangkah lagi.

Tahukah anda apa sebenarnya yang telah direncanakan Soeharto sebelumnya yang disimpannya baik-baik dalam benaknya? Dia biarkan PKI membunuh ketujuh Jendral tersebut, lalu memfitnah PKI telah melakukan kudeta terhadap Soekarno sehingga orang-orang PKI yang mengetahui fakta sejarah dapat dengan mudah disingkirkan dengan cara difitnah. Doktrin yang dilontarkan Soeharto adalah bahwa PKI akan melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Soekarno. Mungkinkah PKI akan menggulingkan pendukung terkuatnya? Tidak masuk akal. Ingat PKI dan Soekarno saling mendukung, apa mungkin PKI melakukan hal itu?

Pagi harinya Soeharto bergerak cepat dan melangkahi tugas beberapa orang jendral atasannya dengan memegang tampuk pimpinan TNI untuk sementara tanpa meminta restu dari Presiden. Di buku sejarahku waktu SD ditulis, “Mayjen TNI Soeharto dengan tangkas memegang tampuk pimpinan TNI yang lowong sepeninggal A Yani.” Kalau bisa dan boleh aku ingin mengedit tulisan di buku sejarahku dengan kata-kata, “dengan lancang Soeharto memegang tampuk pimpinan TNI.” Masih banyak orang yang harusnya dimintai restu oleh Soeharto atas inisiatifnya memegang tampuk pimpinan TNI.

Lalu dengan mudah Soeharto yang telah mengetahui semua seluk beluk aksi PKI ini menumpas PKI. Hanya dalam waktu beberapa jam saja, para pelaku pemberontakan PKI ditangkap dan sebagian lagi kabarnya melarikan diri ke luar negeri. Lalu Soeharto menyebarkan doktrin bahwa PKI telah melakukan kudeta terhadap kepemimpinan Soekarno. Padahal PKI bermaksud menggagalkan kudeta yang akan dilancarkan oleh para jendral tersebut. PKI dijadikan kambing hitam oleh Soeharto atas apa yang memang diinginkannya. Satu langkah Soeharto untuk menguasai negeri ini berhasil.

Penguasaan Kembali Gedung RRI Pusat:
Dini hari tanggal 1 Oktober 1965 Gerakan Tiga Puluh September (G30S) PKI menculik dan membunuh 6 orang perwira tinggi Angkatan Darat yang yang dinilai sebagai penghalang utama rencana mereka untuk merebut kekuasaan Negara. Pagi itu pula mereka berhasil menguasai Gedung RRI dan Gedung Pusat Telekomunikasi. Di bawah todongan pistol, seorang penyiar RRI dipaksa menyiarkan pengumuman yang menyatakan bahwa G-30-S telah menyelamatkan Negara dari usaha kudeta “Dewan Jendral”.

Tengah hari mereka mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dan pendemisioneran kabinet.

Untuk menghentikan pengumuman-pengumuman yang menyesatkan rakyat itu, Panglima Komando Tindakan Strategi Angkatan Darat (Kostrad) Mayjen Soeharto yang telah mengambil alih sementara pimpinan Angkatan Darat memerintahkan pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk membebaskan Gedung RRI Pusata dan Gedung Telekomunikasi dari penguasaan G-30-S PKI. Operasi yang dimulai pukul 18.30, dengan mengerahkan kekuatan satu kompi dalam waktu hanya 20 menit, RPKAD berhasil menguasai kembali gedung vital itu.

Pukul 20.00 tanggal 1 Oktober 1965 RRI Pusat sudah dapat menyiarkan pidato radio Mayjen Soeharto yang menjelaskan adanya usaha kudeta yang dilakukan oleh PKI melalui G-30-S

Penangkapan DN Aidit 22 November 1965:
Setelah G 30 S PKI mengalami kegagalan di Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 1965 tengah malam ketua CC PKI D.N. Aidit melarikan diri ke Jawa Tengah yang merupakan basis utama PKI.

Tanggal 2 Oktober 1965 ia berada di Yogyakarta, kemudian berpindah-pindah tempat dari Yogyakarta ke Semarang. Selanjutnya ia ke Solo untuk menghindari operasi pengejaran yang dilakukan oleh RPKAD. Tempat persembunyiannya yang terakhir di sebuah rumah di kampung Sambeng Gede. Daerah ini merupakan basis Serikat Buruh Kereta Api (SBKA), organisasi massa yang bernaung dibawah PKI. Melalui operasi intelijen, tempat persembunyian D.N. Aidit dapat diketahui oleh ABRI.

Tengah malam tanggal 22 November 1965 pukul 01.30 rumah tersebut digrebek dan digeledah oleh anggota Komando Pelaksanaan Kuasa Perang (Pekuper) Surakarta. Penangkapan hampir gagal ketika pemilik rumah mengatakan bahwa D.N. Aidit telah meninggalkan rumahnya. Kecurigaan timbul setelah anggota Pekuper menemukan sandal yang masih baru, koper dan radio yang menandakan hadirnya seseorang yang lain di dalam rumah itu. Penggeledahan dilanjutkan. Dua orang Pekuper menemukan D.N. Aidit yang bersembunyi di balik lemari. Ia langsung ditangkap dan kemudian dibawa ke Markas Pekuper Surakarta di Loji Gandrung, Solo.

Supersemar:
Suasana negara saat itu benar-benar memburuk. Negara yang masih muda ini serasa berasa di titik paling bawah dari keterpurukannya. Perekonomian anjlok, harga bahan pangan menjulang, bahan pangan susah didapat dimana-mana, kerusuhan pecah di seluruh wilayah negeri ini. Beberapa elemen masyarakat melakukan aksi yang berbuntut dengan dicetuskannya Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Isi Tritura adalah:

1. Bubarkan PKI
2. Turunkan Harga
3. Bersihkan kabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI

Aksi beberapa elemen masyarakat ini di awali dengan aksi yang digelar oleh mahasiswa yang menamakan dirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Gerakan mahasiswa ini juga diikuti oleh elemen masyarakat lain seperti Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan lain-lain.Aksi-aksi inilah yang kemudian memicu pecahnya revolusi di negara ini. Semakin lama situasi negara semakin memburuk.

Situasi ini akhirnya yang memaksa tiga orang Jendral yaitu Letjen (yang baru naik pangkatnya) Soeharto, Brigjen Amir Machmud dan Brigjen M Yusuf untuk menemui presiden dan memaksa presiden agar segera memenuhi tuntutan rakyat. Tritura harus dipenuhi jika presiden ingin mengembalikan situasi negara ke arah yang kondusif.

Soekarno menolak memenuhi tuntutan rakyat. Soekarno tahu bahwa ini semua hanya kerjaan Soeharto yang memfitnah PKI sebagai pemberontak. Soekarno tahu betul, tidak mungkin PKI berkeinginan untuk menggulingkannya namun Soekarno tidak memiliki bukti yang otentik atas pernyataannya tersebut. Soekarno tahu bahwa aksi yang dilakukan oleh PKI dengan nama G 30 S PKI hanya bertujuan untuk menumpas rencana kudeta militer yang akan dilakukan oleh sekelompok perwira tinggi yang menamakan dirinya Dewan Jendral.

Setelah gagal untuk memaksa presiden memenuhi tuntutan rakyat, ketiga jendral tersebut berinisiatif membuat sebuah surat perintah atas nama presiden. Isi surat perintah yang diberi nama Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) hingga kini hanya diketahui oleh hanya 4 orang, ketiga jendral tersebut dan Soekarno, namun karena tiga diantaranya kini telah meninggal dunia, maka kini hanya tertinggal satu lagi saksi sejarah yaitu Soeharto. Sayang, Soeharto pun tidak ingin rakyat Indonesia tahu apa isinya, maka dia lenyapkan supersemar yang asli dan buat sebuah surat perintah yang palsu seperti yang kita tahu belakangan ini.

Teks Supersemar yang palsu, sedangkan yang asli, hingga kini tidak ditemukan bangkainya Supersemar yang telah rampung dibuat diserahkan kepada Soekarno untuk ditandatangani, namun Soekarno menolak untuk menandatanganinya. Soekarno tidak mau membubarkan PKI namun juga tidak mempunyai alasan yang kuat atas kehendaknya tidak ingin membubarkan PKI. Sementara rakyat telah didoktrin oleh Soeharto bahwa PKI telah melakukan pengkhiatan terhadap negara dan ingin menguasai negara ini dan menjadikannya negara berfaham Komunis.

Menurut pengakuan dari seorang kakek tua tak lama setelah Soeharto lengser, bahwa dulu ia bekerja di Istana Merdeka. Tugasnya adalah mengantarkan minuman buat presiden. Pada saat ketiga jenderal itu sedang berada di ruang kerja presiden, sang kakek memasuki ruangan dengan maksud ingin mengantarkan minuman bagi presiden dan ketiga tamunya. Terkejutlah ia saat melihat presiden sedang menandatangani sebuah surat yang diyakininya sebagai supersemar di bawah todongan Pistol.

Pada saat sang kakek mengungkapkan kisah ini, Jendral M Yusuf masih hidup, maka ia diwawancarai oleh kru TV sehubungan dengan pernyataan sang kakek. Karena M Yusuf berada pada posisi netral maka ia yang diwawancarai. Tapi sayang, saya sangat yakin bahwa fakta yang diungkapkan sang kekek benar adanya, tapi demi menyelamatkan sejarah yang sudah terputar balik dan tak mungkin diubah lagi, maka Jenderal M Yusuf membantah bahwa presiden menandatangani supersemar di bawah todongan pistol. Tapi saya yakin dan sangat percaya, Jendral M Yusuf yang kala itu sudah pensiun membantah hal itu karena ia sadar, jika ia bongkar rahasia ini, maka terbongkarlah semua fakta sejarah dan Indonesia kembali terombang ambing dalam keraguan. Mana yang benar? Sejarah versi Soeharto atau M Yusuf.

Akhirnya supersemar ditandatangani oleh Soekarno, namun supersemar tidak ditujukan kepada Soeharto. Hal ini membuat Soeharto panas, entah dengan cara apa, Soeharto berhasil melenyapkan surat itu dan membuat pernyataan palsu dengan mengatakan bahwa supersemar ditujukan kepadanya untuk memegang tampuk pimpinan TNI untuk sementara dan mengembalikan stabilitas nasional.

Dua langkah Soeharto berhasil. Maka berpedoman pada surat perintah palsu yang dibuat oleh Soeharto sendiri, ia mulai bergerak dan membubarkan PKI serta antek-anteknya. Sebagian besar masa pendukung PKI, Gerwani dan berbagai organisasi massa lain bentukan PKI dibantai secara masal, sebagian lagi dipenjara. Ini dilakukan untuk menghilangkan jejak sejarah agar semua kebusukan yang dilakukan oleh Soeharto tidak terungkap. PKI dijadikan kambing hitam karena memang PKI pernah melakukan percobaan kudeta di tahun 1948. Ini dijadikan alasan bagi Soeharto untuk semakin menjatuhkan PKI.

Setelah PKI dibubarkan, dengan wewenang palsunya Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah Partai terlarang di Indonesia karena bertentangan dengan Pancasila yang merupakan ideologi bangsa Indonesia.
Pidato pertanggungjawaban Soekarno dalam Sidang Umum MPRS tahun 1968 ditolak oleh MPRS. Semua dipicu dari lambatnya Soekarno membubarkan PKI dan menjawab Tritura. Setelah itu dipilihlah seorang penjabat presiden hingga masa kepemimpinan Soekarno berakhir. Pada saat itu memang tak ada pilihan lain, Soeharto menjadi satu-satunya orang yang paling pantas memegang jabatan itu. Soekarno (mungkin dengan berat hati) menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Soeharto. Sejak saat itu Soeharto resmi memegang jabatan sebagai Presiden RI melaui TAP MPRS No XLIV/MPRS/1968 dan berkuasa selama 32 tahun hingga akhirnya digulingkan juga dengan cara yang sama seperti ia berusaha menggulingkan Soekarno pada tahun 1968.

Senin, 21 Mei 2001

Kolom isian kelas

Powered by 123ContactForm | Report abuse

Komentar