Sejarah (Sebenarnya) Peristiwa G30S/PKI
Terungkaplagi
- “Pantaskah Soeharto Diampuni?”, Ada seorang ahli sejarah yang sempat meneliti
tentang kejadian yang menimpa bangsa kita di tahun 1965, mengatakan bahwa di
tahun 1965, di Indonesia hanya ada satu Jendral dan dia adalah Mayjen TNI
Soeharto. Menurut ahli sejarah itu juga termakan image yang sengaja dibuat
Soeharto bahwa dia adalah orang yang paling berjasa atas dibubarkannya Partai
yang kini dianggap sebagai partai terlarang di negeri kita.
Soeharto
adalah seorang prajurit TNI berpangkat cukup tinggi dan juga memegang salah
satu jabatan penting dalam jajaran TNI sebagai Panglima Komando Strategi
Angkatan Darat (Kostrad). Pada masa kepemimpinan Ir. Soekarno, Soeharto adalah
seorang perwira tinggi yang tidak terlalu diperhitungkan. Itu juga menjadi
penyebab tidak terteranya nama Soeharto dalam daftar 7 jendral yang menjadi
target pembunuhan dalam pemberontakan PKI.
7 Jendral
yang menjadi target operasi PKI:
Jendral TNI
Anumerta Ahmad Yani, Letjen TNI Anumerta MT Haryono, Letjen TNI Anumerta S
Parman, Letjen TNI Anumerta Suprapto, Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo,
Mayjen TNI Anumerta DI Panjaitan, Kapten Czi Anumerta Pierre Tendean
Apa mungkin
Soekarno lupa pada jasa Soeharto yang menjadi arsitek Serangan Umum 1 Maret
atas Kota Yogya yang berhasil menguasai Kota Yogya selama 6 jam yang kala itu
dikuasai oleh Belanda? Ataukah Soekarno mengetahui fakta yang sebenarnya
terjadi.
Pada tahun
1965 tepatnya pada tanggal 30 September 1965, sebuah pemberontakan terjadi atas
keutuhan Pancasila (itu kata rezim Orde Baru) namun berhasil ditumpas sampai ke
akar-akarnya oleh seorang perwira tinggi bernama Soeharto.
“Resolusi
Dewan Jendral” yang sempat beberapa kali disebutkan dalam film tersebut, hal
itu benar adanya. Resolusi Dewan Jendral memang ada. Beberapa orang Jendral
pada saat itu sedang merencanakan untuk menggulingkan kekuasaan Soekarno dan
mengambil alih kekuasaan.
Para pemimpin
PKI kala itu cukup resah dengan adanya isu tentang resolusi Dewan Jendral.
Mereka khawatir jika para jendral berhasil, maka posisi mereka berada di ujung
tanduk. Untuk itu mereka harus bergerak cepat, berpacu dengan waktu untuk
menumpas para jendral yang terlibat dalam Resolusi Dewan Jendral, sebelum para
jedral mendahuluinya.
Rakyat yang
kala itu masih bodoh dicekoki dengan pernyataan-pernyataan pedas tentang
seberapa menyeramkan dan menyakitkannya sebuah pemberontakan. PKI terus
menyebarkan doktrin bahwa pemberontakan itu identik dengan kekejaman. Rakyat
akan semakin terkepung dalam kesengsaraan. Doktrin yang dilontarkan PKI itu
terhadap rakyat itu pada akhirnya berhasil membakar darah rakyat yang kala itu
tengah dirundung duka yang mendalam dan berkepanjangan akibat dari ketidak
stabilan perekonomian di sebuah negara yang masih muda ini. Akhirnya PKI
mendapat restu dari rakyat yang telah didoktrinnya untuk menumpas para jendral
yang terlibat dalam Resolusi Dewan Jendral.
PKI sendiri
mempunyai kepentingan dalam penumpasan ini. PKI adalah pendukung terkuat
Soekarno, dan Soekarno adalah pendukung terkuat PKI demi sebuah image bagi
dunia internasional bahwa Indonesia tidak mudah dimasuki pengaruh Amerika
Serikat. Memang Sokarno lebih menyukai politik sosialis demokratik seperti yang
diajarkan Uni Soviet kepada dunia kala itu yaitu pemerataan.
Karena PKI
takut kehilangan dukungan dari presiden, maka PKI harus secepatnya menumpas
Dewan Jendral sebelum Dewan Jendral menggulingkan Soekarno. Maka
direncanakanlah sebuah aksi untuk menumpas Dewan Jendral. Akhirnya para
pemimpin PKI sepakat tanggal yang tepat untuk melakukan aksi adalah pada
tanggal 30 September.
Para pimimpin
PKI melakukan rapat tentang aksi yang bakal mereka lakukan. Sedikitpun mereka
tidak menyinggung nama Soeharto karena memang Soeharto kala itu bukan siapa-siapa.
Dia tidak lain hanyalah seorang prajurit TNI berpangkat tinggi yang tidak
diperhitungkan dan tidak penting sama sekali.
Disisi lain,
Soeharto sendiri juga mengetahui tentang adanya resolusi Dewan Jendral dan
mengetahui bahwa PKI akan melancarkan aksi untuk menumpasnya. Namun dia hanya
diam. Soeharto juga memiliki kepentingan jika PKI berhasil. Kepentingan
Soeharto sebenarnya adalah agar dia mulai dianggap penting dan kembali
diperhitungkan di kancah percaturan negeri ini sehingga dia bisa mendapat jabatan
yang lebih penting dari jabatan yang dia pegang saat itu. Dia biarkan PKI
melakukan aksinya dengan membunuh para perwira tinggi TNI yang memang memegang
jabatan penting di negara. Dengan demikian akan semakin berkurang saingan bagi
Soeharto untuk meraih jabatan yang lebih tinggi dan lebih penting dari sekedar
panglima Kostrad.
Tanggal 30
September pukul 4 pagi, diculiklah 7 jendral yang menjadi target operasi PKI.
Mereka dibawa ke lubang buaya dan diserahkan kepada masa pendukung PKI yang
telah berkumpul di sana sejak sore hari tanggal 29 September untuk diadili
dengan cara mereka. Massa dibebaskan melakukan apa saja sesuka hati mereka
kepada para jendral yang akan menambah kesengsaraan bagi rakyat tersebut. Massa
yang berkumpul di lubang buaya berpesta pora sebelum akhirnya menyiksa hingga
mati para jendral tersebut.
Fakta Dibalik
G30S/PKI:
Pagi harinya,
Soeharto yang telah mengetahui hal ini mendapat laporan dari beberapa ajudan
jendral yang telah diculik. Soeharto hanya tersenyum dalam hati karena telah
mengetahui bahwa semua ini akan terjadi. Ambisinya untuk menguasai negeri
dengan pangkat dan jabatan yang dia miliki hanya tinggal selangkah lagi.
Tahukah anda
apa sebenarnya yang telah direncanakan Soeharto sebelumnya yang disimpannya
baik-baik dalam benaknya? Dia biarkan PKI membunuh ketujuh Jendral tersebut,
lalu memfitnah PKI telah melakukan kudeta terhadap Soekarno sehingga
orang-orang PKI yang mengetahui fakta sejarah dapat dengan mudah disingkirkan
dengan cara difitnah. Doktrin yang dilontarkan Soeharto adalah bahwa PKI akan
melakukan pemberontakan terhadap kekuasaan Soekarno. Mungkinkah PKI akan
menggulingkan pendukung terkuatnya? Tidak masuk akal. Ingat PKI dan Soekarno
saling mendukung, apa mungkin PKI melakukan hal itu?
Pagi harinya
Soeharto bergerak cepat dan melangkahi tugas beberapa orang jendral atasannya
dengan memegang tampuk pimpinan TNI untuk sementara tanpa meminta restu dari
Presiden. Di buku sejarahku waktu SD ditulis, “Mayjen TNI Soeharto dengan
tangkas memegang tampuk pimpinan TNI yang lowong sepeninggal A Yani.” Kalau
bisa dan boleh aku ingin mengedit tulisan di buku sejarahku dengan kata-kata,
“dengan lancang Soeharto memegang tampuk pimpinan TNI.” Masih banyak orang yang
harusnya dimintai restu oleh Soeharto atas inisiatifnya memegang tampuk
pimpinan TNI.
Lalu dengan
mudah Soeharto yang telah mengetahui semua seluk beluk aksi PKI ini menumpas
PKI. Hanya dalam waktu beberapa jam saja, para pelaku pemberontakan PKI
ditangkap dan sebagian lagi kabarnya melarikan diri ke luar negeri. Lalu
Soeharto menyebarkan doktrin bahwa PKI telah melakukan kudeta terhadap
kepemimpinan Soekarno. Padahal PKI bermaksud menggagalkan kudeta yang akan
dilancarkan oleh para jendral tersebut. PKI dijadikan kambing hitam oleh Soeharto
atas apa yang memang diinginkannya. Satu langkah Soeharto untuk menguasai
negeri ini berhasil.
Penguasaan
Kembali Gedung RRI Pusat:
Dini hari
tanggal 1 Oktober 1965 Gerakan Tiga Puluh September (G30S) PKI menculik dan
membunuh 6 orang perwira tinggi Angkatan Darat yang yang dinilai sebagai
penghalang utama rencana mereka untuk merebut kekuasaan Negara. Pagi itu pula
mereka berhasil menguasai Gedung RRI dan Gedung Pusat Telekomunikasi. Di bawah
todongan pistol, seorang penyiar RRI dipaksa menyiarkan pengumuman yang
menyatakan bahwa G-30-S telah menyelamatkan Negara dari usaha kudeta “Dewan
Jendral”.
Tengah hari
mereka mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi dalam negara dan pendemisioneran kabinet.
Untuk
menghentikan pengumuman-pengumuman yang menyesatkan rakyat itu, Panglima
Komando Tindakan Strategi Angkatan Darat (Kostrad) Mayjen Soeharto yang telah
mengambil alih sementara pimpinan Angkatan Darat memerintahkan pasukan Resimen
Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk membebaskan Gedung RRI Pusata dan
Gedung Telekomunikasi dari penguasaan G-30-S PKI. Operasi yang dimulai pukul
18.30, dengan mengerahkan kekuatan satu kompi dalam waktu hanya 20 menit, RPKAD
berhasil menguasai kembali gedung vital itu.
Pukul 20.00
tanggal 1 Oktober 1965 RRI Pusat sudah dapat menyiarkan pidato radio Mayjen
Soeharto yang menjelaskan adanya usaha kudeta yang dilakukan oleh PKI melalui
G-30-S
Penangkapan
DN Aidit 22 November 1965:
Setelah G 30
S PKI mengalami kegagalan di Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 1965 tengah malam
ketua CC PKI D.N. Aidit melarikan diri ke Jawa Tengah yang merupakan basis
utama PKI.
Tanggal 2
Oktober 1965 ia berada di Yogyakarta, kemudian berpindah-pindah tempat dari
Yogyakarta ke Semarang. Selanjutnya ia ke Solo untuk menghindari operasi
pengejaran yang dilakukan oleh RPKAD. Tempat persembunyiannya yang terakhir di
sebuah rumah di kampung Sambeng Gede. Daerah ini merupakan basis Serikat Buruh
Kereta Api (SBKA), organisasi massa yang bernaung dibawah PKI. Melalui operasi
intelijen, tempat persembunyian D.N. Aidit dapat diketahui oleh ABRI.
Tengah malam
tanggal 22 November 1965 pukul 01.30 rumah tersebut digrebek dan digeledah oleh
anggota Komando Pelaksanaan Kuasa Perang (Pekuper) Surakarta. Penangkapan
hampir gagal ketika pemilik rumah mengatakan bahwa D.N. Aidit telah
meninggalkan rumahnya. Kecurigaan timbul setelah anggota Pekuper menemukan
sandal yang masih baru, koper dan radio yang menandakan hadirnya seseorang yang
lain di dalam rumah itu. Penggeledahan dilanjutkan. Dua orang Pekuper menemukan
D.N. Aidit yang bersembunyi di balik lemari. Ia langsung ditangkap dan kemudian
dibawa ke Markas Pekuper Surakarta di Loji Gandrung, Solo.
Supersemar:
Suasana
negara saat itu benar-benar memburuk. Negara yang masih muda ini serasa berasa
di titik paling bawah dari keterpurukannya. Perekonomian anjlok, harga bahan
pangan menjulang, bahan pangan susah didapat dimana-mana, kerusuhan pecah di
seluruh wilayah negeri ini. Beberapa elemen masyarakat melakukan aksi yang
berbuntut dengan dicetuskannya Tritura (Tri Tuntutan Rakyat). Isi Tritura
adalah:
1. Bubarkan
PKI
2. Turunkan
Harga
3. Bersihkan
kabinet dari unsur-unsur G 30 S PKI
Aksi beberapa
elemen masyarakat ini di awali dengan aksi yang digelar oleh mahasiswa yang
menamakan dirinya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Gerakan mahasiswa
ini juga diikuti oleh elemen masyarakat lain seperti Kesatuan Aksi Guru
Indonesia (KAGI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), dan
lain-lain.Aksi-aksi inilah yang kemudian memicu pecahnya revolusi di negara
ini. Semakin lama situasi negara semakin memburuk.
Situasi ini
akhirnya yang memaksa tiga orang Jendral yaitu Letjen (yang baru naik
pangkatnya) Soeharto, Brigjen Amir Machmud dan Brigjen M Yusuf untuk menemui
presiden dan memaksa presiden agar segera memenuhi tuntutan rakyat. Tritura
harus dipenuhi jika presiden ingin mengembalikan situasi negara ke arah yang
kondusif.
Soekarno
menolak memenuhi tuntutan rakyat. Soekarno tahu bahwa ini semua hanya kerjaan
Soeharto yang memfitnah PKI sebagai pemberontak. Soekarno tahu betul, tidak
mungkin PKI berkeinginan untuk menggulingkannya namun Soekarno tidak memiliki
bukti yang otentik atas pernyataannya tersebut. Soekarno tahu bahwa aksi yang
dilakukan oleh PKI dengan nama G 30 S PKI hanya bertujuan untuk menumpas
rencana kudeta militer yang akan dilakukan oleh sekelompok perwira tinggi yang
menamakan dirinya Dewan Jendral.
Setelah gagal
untuk memaksa presiden memenuhi tuntutan rakyat, ketiga jendral tersebut
berinisiatif membuat sebuah surat perintah atas nama presiden. Isi surat
perintah yang diberi nama Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) hingga kini
hanya diketahui oleh hanya 4 orang, ketiga jendral tersebut dan Soekarno, namun
karena tiga diantaranya kini telah meninggal dunia, maka kini hanya tertinggal
satu lagi saksi sejarah yaitu Soeharto. Sayang, Soeharto pun tidak ingin rakyat
Indonesia tahu apa isinya, maka dia lenyapkan supersemar yang asli dan buat
sebuah surat perintah yang palsu seperti yang kita tahu belakangan ini.
Teks
Supersemar yang palsu, sedangkan yang asli, hingga kini tidak ditemukan bangkainya
Supersemar yang telah rampung dibuat diserahkan kepada Soekarno untuk
ditandatangani, namun Soekarno menolak untuk menandatanganinya. Soekarno tidak
mau membubarkan PKI namun juga tidak mempunyai alasan yang kuat atas
kehendaknya tidak ingin membubarkan PKI. Sementara rakyat telah didoktrin oleh
Soeharto bahwa PKI telah melakukan pengkhiatan terhadap negara dan ingin
menguasai negara ini dan menjadikannya negara berfaham Komunis.
Menurut
pengakuan dari seorang kakek tua tak lama setelah Soeharto lengser, bahwa dulu
ia bekerja di Istana Merdeka. Tugasnya adalah mengantarkan minuman buat
presiden. Pada saat ketiga jenderal itu sedang berada di ruang kerja presiden,
sang kakek memasuki ruangan dengan maksud ingin mengantarkan minuman bagi
presiden dan ketiga tamunya. Terkejutlah ia saat melihat presiden sedang
menandatangani sebuah surat yang diyakininya sebagai supersemar di bawah
todongan Pistol.
Pada saat
sang kakek mengungkapkan kisah ini, Jendral M Yusuf masih hidup, maka ia
diwawancarai oleh kru TV sehubungan dengan pernyataan sang kakek. Karena M
Yusuf berada pada posisi netral maka ia yang diwawancarai. Tapi sayang, saya
sangat yakin bahwa fakta yang diungkapkan sang kekek benar adanya, tapi demi
menyelamatkan sejarah yang sudah terputar balik dan tak mungkin diubah lagi,
maka Jenderal M Yusuf membantah bahwa presiden menandatangani supersemar di
bawah todongan pistol. Tapi saya yakin dan sangat percaya, Jendral M Yusuf yang
kala itu sudah pensiun membantah hal itu karena ia sadar, jika ia bongkar
rahasia ini, maka terbongkarlah semua fakta sejarah dan Indonesia kembali
terombang ambing dalam keraguan. Mana yang benar? Sejarah versi Soeharto atau M
Yusuf.
Akhirnya
supersemar ditandatangani oleh Soekarno, namun supersemar tidak ditujukan
kepada Soeharto. Hal ini membuat Soeharto panas, entah dengan cara apa,
Soeharto berhasil melenyapkan surat itu dan membuat pernyataan palsu dengan
mengatakan bahwa supersemar ditujukan kepadanya untuk memegang tampuk pimpinan
TNI untuk sementara dan mengembalikan stabilitas nasional.
Dua langkah
Soeharto berhasil. Maka berpedoman pada surat perintah palsu yang dibuat oleh
Soeharto sendiri, ia mulai bergerak dan membubarkan PKI serta antek-anteknya.
Sebagian besar masa pendukung PKI, Gerwani dan berbagai organisasi massa lain
bentukan PKI dibantai secara masal, sebagian lagi dipenjara. Ini dilakukan
untuk menghilangkan jejak sejarah agar semua kebusukan yang dilakukan oleh
Soeharto tidak terungkap. PKI dijadikan kambing hitam karena memang PKI pernah
melakukan percobaan kudeta di tahun 1948. Ini dijadikan alasan bagi Soeharto
untuk semakin menjatuhkan PKI.
Setelah PKI
dibubarkan, dengan wewenang palsunya Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah
Partai terlarang di Indonesia karena bertentangan dengan Pancasila yang merupakan
ideologi bangsa Indonesia.
Pidato
pertanggungjawaban Soekarno dalam Sidang Umum MPRS tahun 1968 ditolak oleh
MPRS. Semua dipicu dari lambatnya Soekarno membubarkan PKI dan menjawab
Tritura. Setelah itu dipilihlah seorang penjabat presiden hingga masa
kepemimpinan Soekarno berakhir. Pada saat itu memang tak ada pilihan lain,
Soeharto menjadi satu-satunya orang yang paling pantas memegang jabatan itu.
Soekarno (mungkin dengan berat hati) menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada
Soeharto. Sejak saat itu Soeharto resmi memegang jabatan sebagai Presiden RI
melaui TAP MPRS No XLIV/MPRS/1968 dan berkuasa selama 32 tahun hingga akhirnya
digulingkan juga dengan cara yang sama seperti ia berusaha menggulingkan
Soekarno pada tahun 1968.